Judul kilasan di
atas rasanya tepat untuk menggambarkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Nasional Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (BAKORNAS LDMI-PB HMI). Kegiatan yang bertajuk Latihan Kader
Dakwah (LKD) tersebut diadakan pada tanggal 11–15 Juli 2012 di Jakarta. Tujuan
utamanya untuk mencetak kader-kader dakwah yang andal di tubuh HMI sebagai
organisasi kemahasiswaan yang berazaskan Islam.
Menurut Ketua BAKORNAS LDMI-PB HMI,
Fahmi Dzikrillah, LKD tahun 2012 ini merupakan LKD angkatan pertama. Mengingat
sejak 2003 aktivitas LDMI mengalami kematian yang berakibat pada kevakuman
organisasi selama delapan tahun. Padahal jika dirunut LDMI boleh dikatakan
sebagai salah satu lembaga yang menjadi anak panah di masyarakat bagi HMI.
Sehingga pelaksanaan LKD selain untuk mencetak kader pendakwah juga sebagai
upaya reeksistensi HMI di dunia dakwah Indonesia.
Kegiatan ini sendiri sedikitnya
diikuti oleh 37 orang anggota aktif HMI dan berasal dari 13 cabang, seperti :
Cabang Aceh, Cabang Bangka Belitung, Cabang Tarakan, Cabang Ciputat dan Cabang
Malang. Tiga orang di antaranya merupakan utusan Cabang Bulaksumur Sleman yaitu
Pandu Septa, M. Irfan dan Ekamara A.P. Jika dilihat kuantitas peserta yang
hadir, orang-orang mungkin pesimis akan kegiatan dan hasil dari LKD tersebut
karena hanya 13 cabang yang hadir dari 100 cabang HMI di seluruh Indonesia.
Namun secara kualitas pribadi maupun
cabang, seluruh peserta LKD sangat memiliki kemauan dan kemampuan minimal yang
cukup untuk menjadi kader pendakwah. Hal ini terlihat dari luasnya wawasan
peserta tentang ilmu keagamaan, tingginya antusiasme peserta dalam setiap sesi
tanya jawab dengan pemateri serta kemampuan menghubungkan permasalahan sosial
masyarakat yang ada dengan wawasan keagamaan yang mereka miliki. Boleh dibilang
mereka sedikit berbeda dari kader HMI sekarang yang kebanyakan berkutat pada
bidang dan permasalahan yang bersifat politis.
Sedianya, LKD akan dilangsungkan di
Masjid Sutan Takdir Alisjahbana Kampus Universitas Nasional (UNAS) Jakarta
Selatan. Tetapi karena terjadi insiden kecil yang tidak memungkinkan untuk
dilanjutkannya kegiatan maka pusat kegiatan dipindah ke Masjid Cut Meutia
Menteng, Jakarta Pusat. Namun demikian semangat peserta tidak surut sedikitpun
pasca kejadian, justru semakin kuat dan teguh untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Dipilihnya masjid oleh panitia sebagai lokasi pusat kegiatan, bukan
tanpa alasan. Sebab masjid dari zaman Nabi merupakan pusat aktivitas dakwah
bahkan aktivitas sosial dan politik lainnya. Semangat dan ruh itulah yang coba
ingin dilekatkan kepada peserta oleh panitia kegiatan.
Selama kegiatan berlangsung, banyak
hal yang dilakukan oleh peserta, seperti : menerima materi-materi yang
menunjang aktivitas dakwah di masa depan, diskusi interaktif dengan pemateri,
simulasi dakwah, forum diskusi, forum keakraban, kunjungan ke MUI Pusat,
pelatihan ESQ, dan lain-lain. Semua rangkaian kegiatan tersebut tentunya
merupakan penunjang bagi seluruh peserta untuk meningkatkan kualitas pribadi
dan kelompok dalam kegiatan dakwah di masa depan.
Kegiatan-kegiatan tersebut semakin
bergengsi dengan hadirnya pemateri-pemateri (alumni HMI) yang berkualitas pula
dan berstandar nasional bahkan internasional. Sedikit pengakuan pribadi, bahwa
sangat banyak alumni HMI yang berhasil dan sukses mencapai karir di bidangnya
masing-masing. Pemateri-pemateri tersebut misalnya A.M. Fatwa (politisi dan
tokoh reformasi) dan K.H. Amidhan (Ketua MUI Pusat). Perpaduan antara materi
dengan pemateri yang sama-sama berkualitas tersebut semakin membuat para
peserta yakin atas pilihannya untuk mengikuti LKD ini.
Banyak hal yang didapatkan oleh
peserta selama kegiatan LKD berlangsung. Mulai dari kenalan dan rekan baru,
pengetahuan dan ilmu baru, bahkan sampai cerita dan pesan-pesan yang
disampaikan oleh pemateri sebagai alumni HMI. Mengutip apa yang dikatakan oleh
A.M. Fatwa, bahwa generasi muda sekarang terutama kader HMI tidak boleh
sekali-sekali melupakan sejarah. Sebab dari sejarahlah kita dapat mengetahui
kebaikan dan keburukan masa lalu, sehingga apa yang menjadi kesalahan masa lalu
tidak perlu diulangi oleh generasi sekarang dan yang akan datang.
Sementara K.H. Amidhan terlepas
posisinya sebagai Ketua MUI Pusat, sangat mengapresiasi kegiatan LKD yang
diadakan oleh BAKORNAS LDMI ini. Ia menyoroti perilaku kebanyakan kader HMI
saat ini yang lebih condong dan dominan pada aktivitas kebangsaan. Sementara
sangat minim dalam bidang keagamaan, padahal HMI memiliki tugas di bidang lain selain
kebangsaan yaitu keagamaan. Oleh karena itu dengan adanya LKD ini setidaknya
dapat menjadi salah satu bentuk HMI untuk kembali berkontribusi lebih aktif
dalam bidang keagamaan.
Pada akhirnya, kegiatan LKD yang
diadakan oleh BAKORNAS LDMI bukan semata-mata untuk kembali menghadirkan LDMI
sebagai salah satu lembaga di HMI yang sempat vakum selama delapan tahun. Namun
sebagai upaya HMI secara besar untuk mencari dan mencetak kader-kader pendakwah
demi kemaslahatan umat, bangsa dan negara. [Ekamara]
Tulisan dibuat untuk mengisi rubrik "ulasan" di Buletin Dialektika HMI Komisariat Fisipol UGM, September 2012.
0 komentar:
Posting Komentar