Senin, 22 Oktober 2012

MENCETAK KADER PENDAKWAH DI TUBUH HMI

BY HMI Komisariat Fisipol UGM IN , No comments


        Judul kilasan di atas rasanya tepat untuk menggambarkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan  Koordinasi Nasional Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (BAKORNAS LDMI-PB HMI). Kegiatan yang bertajuk Latihan Kader Dakwah (LKD) tersebut diadakan pada tanggal 11–15 Juli 2012 di Jakarta. Tujuan utamanya untuk mencetak kader-kader dakwah yang andal di tubuh HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang berazaskan Islam.
            Menurut Ketua BAKORNAS LDMI-PB HMI, Fahmi Dzikrillah, LKD tahun 2012 ini merupakan LKD angkatan pertama. Mengingat sejak 2003 aktivitas LDMI mengalami kematian yang berakibat pada kevakuman organisasi selama delapan tahun. Padahal jika dirunut LDMI boleh dikatakan sebagai salah satu lembaga yang menjadi anak panah di masyarakat bagi HMI. Sehingga pelaksanaan LKD selain untuk mencetak kader pendakwah juga sebagai upaya reeksistensi HMI di dunia dakwah Indonesia.
            Kegiatan ini sendiri sedikitnya diikuti oleh 37 orang anggota aktif HMI dan berasal dari 13 cabang, seperti : Cabang Aceh, Cabang Bangka Belitung, Cabang Tarakan, Cabang Ciputat dan Cabang Malang. Tiga orang di antaranya merupakan utusan Cabang Bulaksumur Sleman yaitu Pandu Septa, M. Irfan dan Ekamara A.P. Jika dilihat kuantitas peserta yang hadir, orang-orang mungkin pesimis akan kegiatan dan hasil dari LKD tersebut karena hanya 13 cabang yang hadir dari 100 cabang HMI di seluruh Indonesia.
            Namun secara kualitas pribadi maupun cabang, seluruh peserta LKD sangat memiliki kemauan dan kemampuan minimal yang cukup untuk menjadi kader pendakwah. Hal ini terlihat dari luasnya wawasan peserta tentang ilmu keagamaan, tingginya antusiasme peserta dalam setiap sesi tanya jawab dengan pemateri serta kemampuan menghubungkan permasalahan sosial masyarakat yang ada dengan wawasan keagamaan yang mereka miliki. Boleh dibilang mereka sedikit berbeda dari kader HMI sekarang yang kebanyakan berkutat pada bidang dan permasalahan yang bersifat politis.
            Sedianya, LKD akan dilangsungkan di Masjid Sutan Takdir Alisjahbana Kampus Universitas Nasional (UNAS) Jakarta Selatan. Tetapi karena terjadi insiden kecil yang tidak memungkinkan untuk dilanjutkannya kegiatan maka pusat kegiatan dipindah ke Masjid Cut Meutia Menteng, Jakarta Pusat. Namun demikian semangat peserta tidak surut sedikitpun pasca kejadian, justru semakin kuat dan teguh untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dipilihnya masjid oleh panitia sebagai lokasi pusat kegiatan, bukan tanpa alasan. Sebab masjid dari zaman Nabi merupakan pusat aktivitas dakwah bahkan aktivitas sosial dan politik lainnya. Semangat dan ruh itulah yang coba ingin dilekatkan kepada peserta oleh panitia kegiatan.
            Selama kegiatan berlangsung, banyak hal yang dilakukan oleh peserta, seperti : menerima materi-materi yang menunjang aktivitas dakwah di masa depan, diskusi interaktif dengan pemateri, simulasi dakwah, forum diskusi, forum keakraban, kunjungan ke MUI Pusat, pelatihan ESQ, dan lain-lain. Semua rangkaian kegiatan tersebut tentunya merupakan penunjang bagi seluruh peserta untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kelompok dalam kegiatan dakwah di masa depan.
            Kegiatan-kegiatan tersebut semakin bergengsi dengan hadirnya pemateri-pemateri (alumni HMI) yang berkualitas pula dan berstandar nasional bahkan internasional. Sedikit pengakuan pribadi, bahwa sangat banyak alumni HMI yang berhasil dan sukses mencapai karir di bidangnya masing-masing. Pemateri-pemateri tersebut misalnya A.M. Fatwa (politisi dan tokoh reformasi) dan K.H. Amidhan (Ketua MUI Pusat). Perpaduan antara materi dengan pemateri yang sama-sama berkualitas tersebut semakin membuat para peserta yakin atas pilihannya untuk mengikuti LKD ini.
            Banyak hal yang didapatkan oleh peserta selama kegiatan LKD berlangsung. Mulai dari kenalan dan rekan baru, pengetahuan dan ilmu baru, bahkan sampai cerita dan pesan-pesan yang disampaikan oleh pemateri sebagai alumni HMI. Mengutip apa yang dikatakan oleh A.M. Fatwa, bahwa generasi muda sekarang terutama kader HMI tidak boleh sekali-sekali melupakan sejarah. Sebab dari sejarahlah kita dapat mengetahui kebaikan dan keburukan masa lalu, sehingga apa yang menjadi kesalahan masa lalu tidak perlu diulangi oleh generasi sekarang dan yang akan datang.
            Sementara K.H. Amidhan terlepas posisinya sebagai Ketua MUI Pusat, sangat mengapresiasi kegiatan LKD yang diadakan oleh BAKORNAS LDMI ini. Ia menyoroti perilaku kebanyakan kader HMI saat ini yang lebih condong dan dominan pada aktivitas kebangsaan. Sementara sangat minim dalam bidang keagamaan, padahal HMI memiliki tugas di bidang lain selain kebangsaan yaitu keagamaan. Oleh karena itu dengan adanya LKD ini setidaknya dapat menjadi salah satu bentuk HMI untuk kembali berkontribusi lebih aktif dalam bidang keagamaan.
            Pada akhirnya, kegiatan LKD yang diadakan oleh BAKORNAS LDMI bukan semata-mata untuk kembali menghadirkan LDMI sebagai salah satu lembaga di HMI yang sempat vakum selama delapan tahun. Namun sebagai upaya HMI secara besar untuk mencari dan mencetak kader-kader pendakwah demi kemaslahatan umat, bangsa dan negara. [Ekamara]

Tulisan dibuat untuk mengisi  rubrik "ulasan" di Buletin Dialektika HMI Komisariat Fisipol UGM, September 2012.

0 komentar:

Posting Komentar