“ Menghidupkan kembali agama
berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan”-
Bediuzzaman Said Nur
Himpunan
Mahasiswa Islam atau yang biasa disingkat
HMI merupakan suatu organisasi mahasiswa yang dibentuk pada 5 Februari
1947
diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam),
kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk di tingkat I. Lafran
Pane merupakan seorang pemuda yang lahir di Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatra
utara. Pemuda lafran pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalisme muslim
pernah mengenyam di pendidikan pesantren, ibtidaiyah, wusta dan sekolah
muhamadiyah, Adapun latar belakang pemikiran dalam pendirian HMI adalah :
"Melihat dan menyadari bahwa kehidupan manusia dan mahasiswa yang beragama
islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memaham dan mengamalkan ajaran
agamanya.” Selain itu, pada waktu itu, belum ada organisasi mahasiswa islam
yang dapat menjadi wadah bagi persatuan mahasiswa Islam Indonesia untuk turut
aktif berkonribusi bagi bangsa.
HMI
berdiri pada saat Indonesia sedang berada pada awal kemerdekannya, maka
organisasi ini turut aktif mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan
keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat. Pemikiran
yang di usung oleh HMI antara lain mempertahankan NKRI dan juga meningkatkan derajat rakyat Indonesia di
dunia internasional, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam.
Dalam
Perkembangannya HMI mengalami berbagai fase, mulai dari perkembangan hingga
tantangan seperti fase konsilidasi perkembangan spiritual (1946 - 1947), fase
pengkokohan (5 febuari 1947 – 30 november 1947) yaitu selama kurang lebih 9
(Sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa
Sembilan bulan itu di pengaruhi untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan
yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu saling mengokohkan eksistensi
HMI sehinga dapat berdiri tegak dan kokoh. Selanjutnya adalah fase Perjuangan
Bersenjata (1947-1949) yakni seiring dengan tujuan HMI
yang di gariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang
kemerdekaan, HMI terjun kegelangangan pertempuran melawan agresi yang di
lakukan oleh belanda, membantu pemerintah baik memegang senjata bedil dan
bamboo runcing, sebagai setaff, penerangan, penghubung. Selanjutnya
adalah Fase pertumbuhan dan perkembangan HMI (1950-1963) yakni masa selama para
kader HMI yang terjun ke gelengang pertempuran melawan pihak pihak aggressor,
selama itu pula pembina organisasi terabaikan.namun hal seperti itu di lakukan
secara sadar, karena itu semua meliarisir tujuan dari HMI sendiri serta dwi
tugasnya yakni tugas agama dan tugas bangsa.
Fase
tantangan (1964-1965) yaitu masa dimana HMI harus menghadapi tantangan ketika
PKI (Partai Komunis Indonesia) dengan dendam sejarahnya begitu bersemangat
ingin membubarkan HMI. Hingga akhirnya usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis
dalam membubarkan HMI ini ternyata tidaklah menjadi kenyataan, dan sejarahpun
telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi. Hingga pada puncak
aksi pemberontakan PKI pada tanggal 30 september 1965 telah membuat PKI sebagai
salah satu organisasi terlarang. Dan yang terakhir adalah Fase kebangkitan HMI
sebagai pelopor orde baru (1966-1968) dimana HMI berperan sebagai sumber insani
bangsa yang dimana turut melopori orde Baru.
Bahkan
hingga saat ini HMI terus bertahan sebagai salah satu organisasi ekstra
mahasiswa yang berada di berbagai universitas di Indonesia dan terus aktif
melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat baik bagi anggotanya maupun bagi
masyarakat luas, seperti dengan melakukan berbagai diskusi baik dalam intra
maupun ekstra kampus, seminar-seminr yang melibatkan pihak pemerintah dan
masyarakat, melakukan pembinaan terhadap masyarakat secara langsung seperti
dengan kegiatan desa binaan, dan sebagainya. Di UGM sendiri, terdapat beberapa komisariat HMI sesuai dengan fakultas
masing-masing, seperti komisariat FISIPOL (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik),
Komisariat FIB /(Fakultas Ilmu Budaya), Fakultas Tehnik dan sebagainya.
Berbagai komisariat ini berada dibawah payung komisariat cabang, untuk UGM
berada dibawah HMI cabang bulaksumur, Yogyakarta. Berbagai mahasiswa yang
berasal dari berbagai jurusan ini secara aktif juga bersama-sama melakukan
berbagai kegiatan seperti seperti diskusi dan aksi bersama, serta juga menjalin
hubungan dengan cabang HMI serta
organisasi lainnya di berbagai universitas di Indonesia.
Sepanjang
perjalanannya, HMI juga tentu saja telah banyak melahirkan berbagai tokoh
penting di Indonesia antara lain seperti Hidayat Nur Wahid, Akbar Tanjung, Munir SH,
Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin serta juga tokoh perjuangan yang membawa
perubahan yang besar bagi Indonesia M. Amien Rais. Beliau merupakan sala satu
tokoh yang berkontribusi cukup besar dalam menurunkan Rezim Soeharto yang
otoriter serta membawa demokrasi yang lebih baik bagi bangsa Indonesia (orde
reformasi). Saat ini merupakan giliran kita para mahasiswa generasi penerus
bangsa untuk melanjutkan perjuangan mereka. Perjuangan kita saat ini tidaklah
seberat dahulu kawan. Kita tidak perlu lagi mengangkat senjata utuk
mempertahankan kemerdekaan seperti yang dilakukan oleh para pahlawan kita. Oleh karena itu lah kita harus menghargai
usaha mereka tersebut dengan terus belajar, meraih ilmu sebanyak-banyaknya,
mengembangkan berbagai potensi diri, terus mencetak prestasi sehingga
kedepannya kita dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia
kita tercinta ini. Mahasiswa Indonesia bisa, Gadjah Mada Muda Bisa, Untuk
Indonesia yang lebih baik. J
(Ratu/Ravel)
HIDUP GADJAH
MADA, HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!
Tulisan dibuat untuk mengisi rubrik sejarah HMI di Buletin Dialektika HMI Komisariat Fisipol UGM, September 2012.
0 komentar:
Posting Komentar