Senin, 22 Oktober 2012

Seputar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) : Dari awal kemerdekaan hingga Reformasi

BY HMI Komisariat Fisipol UGM IN , , No comments


“ Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan”- Bediuzzaman Said Nur
Himpunan Mahasiswa Islam atau yang biasa disingkat HMI merupakan suatu organisasi mahasiswa yang dibentuk pada 5 Februari 1947 diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk di tingkat I. Lafran Pane merupakan seorang pemuda yang lahir di Sipirok Tapanuli Selatan, Sumatra utara. Pemuda lafran pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalisme muslim pernah mengenyam di pendidikan pesantren, ibtidaiyah, wusta dan sekolah muhamadiyah, Adapun latar belakang pemikiran dalam pendirian HMI adalah : "Melihat dan menyadari bahwa kehidupan manusia dan mahasiswa yang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memaham dan mengamalkan ajaran agamanya.” Selain itu, pada waktu itu, belum ada organisasi mahasiswa islam yang dapat menjadi wadah bagi persatuan mahasiswa Islam Indonesia untuk turut aktif berkonribusi bagi bangsa.

HMI berdiri pada saat Indonesia sedang berada pada awal kemerdekannya, maka organisasi ini turut aktif mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat. Pemikiran yang di usung oleh HMI antara lain mempertahankan NKRI dan juga  meningkatkan derajat rakyat Indonesia di dunia internasional, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama islam.
Dalam Perkembangannya HMI mengalami berbagai fase, mulai dari perkembangan hingga tantangan seperti fase konsilidasi perkembangan spiritual (1946 - 1947), fase pengkokohan (5 febuari 1947 – 30 november 1947) yaitu selama kurang lebih 9 (Sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa Sembilan bulan itu di pengaruhi untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu saling mengokohkan eksistensi HMI sehinga dapat berdiri tegak dan kokoh. Selanjutnya adalah fase Perjuangan Bersenjata (1947-1949) yakni seiring dengan tujuan HMI yang di gariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelangangan pertempuran melawan agresi yang di lakukan oleh belanda, membantu pemerintah baik memegang senjata bedil dan bamboo runcing, sebagai setaff, penerangan, penghubung. Selanjutnya adalah Fase pertumbuhan dan perkembangan HMI (1950-1963) yakni masa selama para kader HMI yang terjun ke gelengang pertempuran melawan pihak pihak aggressor, selama itu pula pembina organisasi terabaikan.namun hal seperti itu di lakukan secara sadar, karena itu semua meliarisir tujuan dari HMI sendiri serta dwi tugasnya yakni tugas agama dan tugas bangsa.
Fase tantangan (1964-1965) yaitu masa dimana HMI harus menghadapi tantangan ketika PKI (Partai Komunis Indonesia) dengan dendam sejarahnya begitu bersemangat ingin membubarkan HMI. Hingga akhirnya usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ini ternyata tidaklah menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi. Hingga pada puncak aksi pemberontakan PKI pada tanggal 30 september 1965 telah membuat PKI sebagai salah satu organisasi terlarang. Dan yang terakhir adalah Fase kebangkitan HMI sebagai pelopor orde baru (1966-1968) dimana HMI berperan sebagai sumber insani bangsa yang dimana turut melopori orde Baru.
Bahkan hingga saat ini HMI terus bertahan sebagai salah satu organisasi ekstra mahasiswa yang berada di berbagai universitas di Indonesia dan terus aktif melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat baik bagi anggotanya maupun bagi masyarakat luas, seperti dengan melakukan berbagai diskusi baik dalam intra maupun ekstra kampus, seminar-seminr yang melibatkan pihak pemerintah dan masyarakat, melakukan pembinaan terhadap masyarakat secara langsung seperti dengan kegiatan desa binaan, dan sebagainya. Di UGM sendiri, terdapat beberapa komisariat HMI sesuai dengan fakultas masing-masing, seperti komisariat FISIPOL (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), Komisariat FIB /(Fakultas Ilmu Budaya), Fakultas Tehnik dan sebagainya. Berbagai komisariat ini berada dibawah payung komisariat cabang, untuk UGM berada dibawah HMI cabang bulaksumur, Yogyakarta. Berbagai mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan ini secara aktif juga bersama-sama melakukan berbagai kegiatan seperti seperti diskusi dan aksi bersama, serta juga menjalin hubungan dengan cabang HMI  serta organisasi lainnya di berbagai universitas di Indonesia.


Sepanjang perjalanannya, HMI juga tentu saja telah banyak melahirkan berbagai tokoh penting di Indonesia antara lain seperti  Hidayat Nur Wahid, Akbar Tanjung, Munir SH, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin serta juga tokoh perjuangan yang membawa perubahan yang besar bagi Indonesia M. Amien Rais. Beliau merupakan sala satu tokoh yang berkontribusi cukup besar dalam menurunkan Rezim Soeharto yang otoriter serta membawa demokrasi yang lebih baik bagi bangsa Indonesia (orde reformasi). Saat ini merupakan giliran kita para mahasiswa generasi penerus bangsa untuk melanjutkan perjuangan mereka. Perjuangan kita saat ini tidaklah seberat dahulu kawan. Kita tidak perlu lagi mengangkat senjata utuk mempertahankan kemerdekaan seperti yang dilakukan oleh para pahlawan kita.  Oleh karena itu lah kita harus menghargai usaha mereka tersebut dengan terus belajar, meraih ilmu sebanyak-banyaknya, mengembangkan berbagai potensi diri, terus mencetak prestasi sehingga kedepannya kita dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia kita tercinta ini. Mahasiswa Indonesia bisa, Gadjah Mada Muda Bisa, Untuk Indonesia yang lebih baik. J (Ratu/Ravel)

HIDUP GADJAH MADA, HIDUP MAHASISWA INDONESIA!!

Tulisan dibuat untuk mengisi rubrik sejarah HMI di Buletin Dialektika HMI Komisariat Fisipol UGM, September 2012.


0 komentar:

Posting Komentar