Selasa, 12 Mei 2015

Menjadi Seorang Muslim

BY HMI Komisariat Fisipol UGM IN , No comments

Tauchid Komara Yuda
tauchid.komara.y@mail.ugm.ac.id
[Ketua Bidang Litbang HMI Komisariat FISIPOL UGM]

Perihal keharusan berilmu sebelum beriman, sebenarnya telah disarikan dalam peristiwa turunnya ayat-ayat dalam Al-Quran yang secara berangsur-angsur. Tentu kita akan bertanya, mengapa kata Iqra (arti: bacalah) menjadi kata pertama dalam surat Al-Alaq, yang juga merupakan surat yang pertama kali dikenalkan dalam peristiwa penurunan Al-Quran?


Tersandera Mafia Pasar
Jawabannya tidak lain karena, hanya melalui membacalah kita dapat mengetahui bagaimana cara ber-Islam secara baik dan benar. Membaca tidak harus diidentikan dengan indera pengelihatan, membaca dapat diartikan secara luas termasuk dengan cara mendengar, sebagaimana Nabi Muhamad SAW dalam menerima wahyu Allah.

Selain membaca, Al-Quran juga diperintahkan untuk dipahami dengan berfikir (QS. Yusuf: 2 dan QS. Jaatsyiah: 13), berfikir dengan akal (QS. Al-Baqarah: 164), dan berakal dengan Ilmu (QS. Ali Imran; 18).

Namun, yang terjadi hari ini, Al-Quran hanya dibaca sebatas rutinitas tanpa memahami intisari Al-Quran secara komprehensif. Sama halnya ketika kita membaca tulisan berbahasa Inggris, terdengar fasih dalam melafalkan, tetapi tidak mengerti apa yang diucapkannya.

Kondisi demikian, membuat umat Islam menjadi kian rentan terhadap berbagai pengaruh oknum yang sengaja menggunakan label Islam, sebagai kaliber berpolitik melalui dogma yang sebenarnya menjurus kepada pemikiran tertentu. Terjebaknya umat Muslim terhadap pemikiran tertentu inilah yang disebut sebagai taklid buta. Taklid buta berpotensi memicu perselisihan, bahkan perpecahan antar umat Muslim.

Perkara larangan bersifat taklid, telah Allah singgung dalam Q.S Ar-Rum ayat 31-32, “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

Taklid, hanyalah satu dari sekian permasalahan umat Muslim kontemporer sebagai akibat dari enggannya umat Muslim berihtijad dengan ilmu. Ilmu adalah komponen penting dalam memahami Al-Quran sebagai acuan beriman dan beramal bagi seorang Muslim. Sehingga, ini menjadi refleksi bagi umat Muslim untuk merintis kembali Islam sebagai agama profetik, sekaligus tanpa apologi.
                                                                               
*) Tulisan ini pernah dimuat pada, Rubik Pembaca Menulis, Republika, 29 Maret 2015

0 komentar:

Posting Komentar